Purwakarta, Gito's plan
Merencanakan perjalanan sebelum memulainya adalah sesuatu yang penting. Termasuk di dalamnya rute yang mau dilalui. Memang ada beberapa orang yang lebih suka mengikuti alur saat memulai perjalanan. Namun, mereka tidak hanya langsung pergi bermodal nekat saja. Pasti kebanyakan sudah memiliki modal pengalaman atau dengan karakter yang sudah mereka bangun sebelumnya sehingga mereka bisa melakukan perjalanan yang terlihat seperti “ngalir” begitu saja. INGAT, persiapan itu penting.
BARIS INI BAKAL DIISI QUOTE DARI JANGANDIAMTERUS KALAU KETEMU BESOK DIEDIT POSTNYA
Pada suatu hari ketika terbesit keinginan
berpergian ke Bandung raya tapi di saat yang sama tabungan juga tidak seberapa.
Adalah suatu yang membuat otak harus salto tujuh kali di depan gawang Alisson
Breker agar dapat menemukan cara termurah walaupun harus melewati Zimbabwe.
YANG PENTING MURAH SUDAAAH DAH PINGIN PERGI GITU. Diri melamun, berdiam diri di
teras sambil menyeduh kopi yang nggak tahu kapan sudah belinya, dan tiba-tiba
melihat sosok teman datang pakai keril jingga duduk lalu nabok sampai-sampai
kopi di samping tumpah. ASOY GEBOYY, TERINGAT OH TERINGAT seorang shohabat yang
pernah bernasib sama, sepertinya yaa kalau ga sama yang jangan disamain kalau
mau tau beneran tanya aja langsung ke orangnya. Namanya ada di judul tapi dengan
aksen bahasa Indonesia yang baik dan benar serta lulus koreksi EYD lama karena
pas beliau dilahirkan masih pakai ejaan tsb. Sebut saja Ms. Gito. Dengan
gemetar dan keringat dingin bercucuran langsung dibuka WA cat si sosok yang
nampar tadi. Voilaa, ilham dari langit masuk di kepala.
Yapp, setelah mendapat pencerahan lalu
disusunlah rencana perjalanan ini yang berasal dari buah pikir Ms. Gito. Si
beliau ini udah pernah kabur dari kampus karena memang begitu sukanya, berlari
ketika dikejar menghilang ketika dicari *sfx Five Minutes negband di kafe*.
Tapi karena kebiasaan tersebut, beliau dikutuk vertigo kalau kebablasan dan ga
tau tempat. Kadang dunia berputar di kepalanya persis kayak scene Spiderman
masuk ke mirror world sama dr Strange, kadang juga suka melonglong pas purnama di tengah kota.
Yang terakhir cuma hoaks ya jangan termakan! SOOO seperti judulnya, ini adalah
rencana Gito yang sudah diuji dan diverfikasi SNI, lalu diadaptasi oleh saya
pribadi *tepuk tangan meriah*. Berikut rencananya:
RENCANA GITO
1.
KRL ke stasiun Cikarang
2.
KA lokal Walahar ke stasiun
Purwakarta
3.
Keliling Purwakarta
4.
KA lokal Cibatuan ke Bandung
Dengan mengikuti rencana ini setidaknya
biaya yang diperlukan untuk menuju Bandung dari Jakarta dapat ditekan hingga kisaran 20rb.
Tapi ingat, dengan harga yang lebih murah ada hal lain yang harus dikorbankan,
yaitu waktu. Sebenarnya ada jalur kereta langsung yang tentunya menghemat waktu, tapi
tidak biaya. BUT, di sinilah petualangan yang diri ini inginkan. Dengan
waktu yang lebih lama, maka durasi petualangan akan bertambah panjang juga.
Selagi masih muda yakaaan. Kalau bukan sekarang, siapa lagi?!
Nah dari 4 poin di atas tadi akhirnya
ditumbuhkembangbiakkan dengan kasih sayang menjadi poin 3 kemenangan dalam
klasemen liga 1.
ADAPTASI
1.
Ketuhanan Yang Maha ESA
2.
Naik KRL keliling JKT48 lalu
turun di stasiun Cikarang
3.
Naik KA lokal Walahar turun di
stasiun Purwandari
4.
Keliling Purwakarta
5.
Balik ke stasiun
7.
Keliling Purwakarta
8.
Hujan-hujan
9.
Naik KA lokal Cibatuan
Dan jika kalian sadari poin tersebut hanya
ada 8, ditulis sampai 9 karenaaaa... pingin
nulis aja.
LANGSUNG SAJA INI CERITANYAA.
Lah terus yang tadi-tadi cuma intro bang?
Ga juga sih, coba baca ulang.
Seriusan, dibaca lagi laa sampai puassss.
Sesuai urutan akan diperdetail menjadi
sebuah urutan yang lebih detail. PERTAMA, Ketuhanan Yang Maha Esa. Disclaimer
on, tidak perlu menjadi religius untuk memulai berperjalanan. Tapi untuk
menaruh harapan, secara pribadi, lebih menenangkan kalau bersandar kepada-Nya
dengan segala ketidak terdugaan yang akan menjadikan perjalanan semakin seru
ciamik aiihh sedep mantep berkesan dan unik kali yaa. Daripada bersandar sama
mantan yang didatengin sampai ibu kota malah pura-pura dalam perahu *curhat
dulu bos senggoool dong*.
KEDUA, yoo karena sudah ada di ibu kota dan
tidak jadi bertemu dengan mantan, maka alangkah sangat sia-sia jikalau diri ini
langsung pergi tanpa salam tempel. Makanya keliling dulu tuh jalur KRL,
keliling Jakarta, transit kalau bisa transit, atau kalau perlu. Padahal dalam
hati takut ketinggalan kereta lokal. Seperti yang dibilang Bapak, “Jangan
sampai ketinggalan kereta.”, tapi tenang coy sekarang udah zamannya
revolusi 4.0 dah ada tuh aplikasi namanya KAI Access yang bisa pesen tiket KA
lokal dari manapun. Jadi cukup dengan saldo LinkAja Rp 4.000 tiket KA Walahar
jam 11.20 WIB dapat diamankan. Bahkan dari Puerto Rico bisa, disclamer on.
Sebenarnya arti disclaimer on di sini apa juga kurang tepat, tapi tetep ditulis
karena keren bacanya, yaudah.
KETIGA, sampai dengan selamat dan cakep jam
13.02 WIB di stasiun Purwakarta. Bagian paling menyenangkan sampai di stasiun
Keluar stasiun langsung disuguhi sudut pandang yang berbeda dari Jakarta, jauh
dari mantan. MANTABB! Ada pesen dari kakak tercinta, sesampainya di laut
stasiun lokal jangan lupa makan, larisi tuh pedagang-pedagangnya *sambil ngasih
uang saku harapan hidup 2 bulan ke depan*. Banyak banget tuh yang dagang dari
batagor, baso aci, siomay, baso aci, soto, baso, batagor, pokonya sampai
bingung dah mau beli apa. Aakhirnya si binun ini buka keril, ambil bekel roti,
minum air putih, angkat keril, jalan keluar stasiun dengan gagah+ganteng, nyari
kura-kura.
KEEMPAT, jadi untuk menuju Bandung raya
nanti memakai KA lokal Cibatuan yang available at 05.30 p.m. atau
17.30 WIB. Nasihat dari Gito “keliling Puertorico” karena ada waktu yang harus
dihabiskan. Saran beliau, mendekam di museum wayang nusantara, tapi tutup
museumnya. Udah diketuk pintunya tetep ga dibukain. Ngambek kali. Yaudah maaf
ya Git. Lalu kami bertukar salam tempel. Canda si, kan beliau ada di Bengkulu
gimana cara bisa salaman. Walau Gito jauh di mata, beliau juga jauh di
pandangan. Selain ke museum wayang, beliau juga kasih rekomendasi main dan cari
jodoh di taman Sri Baduga. Di deket taman ini ada yang jualan es jeruk ueenak
banget yang kalau diminum pas panas-panasnya siang terik, tiba-tiba berasa hujan
gerimis sejuk aduhaii seger dah pokoknya. Yoi, lanjut.
KELIMA, kayak nama buah. Balik ke stasiun
nyari tempat shalat. Dengan sifat sok tahu-tidak mau bertanya-tidak patut
dicontoh dalam perjalanan anda sekalian-egois menyatakan bahwa tidak ada tempat
untuk shalat. Jadi diputuskan untuk pergi mencari masjid terdekat yang baru
ketemu di jalan ke arah alun-alun Purwakarta yang jaraknya hampir seberat telur
16 biji. PADAHAAALLLL, PADAHAL NIH YAAA, 100 meter ke utara stasiun juga ada
masjid. Tahunya dari mana bang? Sumedang YA TANYALAAH. Makanya budayakan
bertanya kalau tidak tahu, bukan malah jadi tempe. Di perjalanan ga bakal dah
disuruh berdiri satu kaki di pojok alun-alun 2 jam tanpa minum karena ga tahu
info geografis keadaan sekitar tempat kita berpetualang. Masuk ke bagian
selanjutnya, KEENAM.
KETUJUH, sebenernya ini urutan keenam tapi kenapa
ditulis ketujuh? Ya tidak apa apa. Setelah berjalan ±700 meter akhirnya ketemu tuh sama mesjid yang di gmaps namanya
AT-TAQWA tapi balihonya AL-IKHLAS. Istirahat-makan roti- ambil nafas-keril
lanjut jalan ke alun-alun. Sesampainya di depan pager tiba-tiba suddenly
hujan, mana pagernya alun -alun dikunci. Di sini dapat sebuah insight sebelum
jalan-jalan baiknya memang sepik-sepik prakiraan cuaca, bisa juga sambil
pantengin aplikasi InfoBMKG, REVOLUSI INDUSTRI BROO. Beruntung ada gedung lapas
di seberang jalan, ya walau ga masuk lapasnya karena jujur saya adalah pribadi
yang baik juga tidak kebanyakan gaya. Ngemper di sana berasa aman. SEBELUM
HUJANNYA MENJELMA JADI BADAI. Ya mau gimana lagi yakaan, celana basah, berusaha
melindungi keril mojok ditepian yang dilindungi seng sepanjang 0,5 meter. Mana
ada pasangan ikutan nepi lagi, mereka enak bisa pelukan satu sama lain. Eh aku
juga bisa, sama keril. Skip dah. Harusnya ini jadi bagian KEDELAPAN.
KEDELAPAN. Lihat tengah paragraf bagian KETUJUH.
KESEMBILAN, nunggu hujan reda kayak nunggu
air berhenti menetes dari langit. Taman Sri Baduga keliatan seger habis hujan,
mampir ketemu cewek. Dia lucu, terus kita makan roti bareng. Yep, hepines
onli real wen wee syer. Jadi banyakin bekel tuh kalau jalan-jalan, siapa
tahu ketemu jodoh terus makan bareng yakaaan. Nah ga kerasa dah sore, taman
udah mulai rame ada yang jogging, latihan goyang dribel, skating, jalan
sore bareng pasangan. Duh jadi pengen. Seru asri suasananya, tapi mau tidak mau
diri harus beranjak dari Purwakarta karena tiket KA lokal Cibatuan seharga Rp
8.000 sudah dipesan untuk menuju ke tujuan Bandung Raya. Sebelum masuk stasiun
beli siomay yang ternyata abangnya jualan batagor, yaudahlaayaa daripada
kelaparan. Tapi enak juga habis hujan-hujan makan batagor anget dibonusin sama
abangnya lagi. BAIK BENER DAAH. Tambah laris teruss bang, mokaseeh! Saya makan
di ruang tunggu stasiun yee. Dan tidak terasa jam dinding stasiun menunjukkan
pukul 17.30 WIB. Kepala kereta Cibatuan terlihat dari ujung selatan. Petugas KA
memberikan tanda lampu dan batas jarak aman, tapi seorang pemuda terlalu ngeyel
berdiri dekat peron membawa keril. Hampirlah terhempas diketawain mbak-mbak
sebelah yang siapa juga namanya aku tidak tahu.
Well,
here we go, BANDUNG!
Comments
Post a Comment